5. Bahwa kebanyakan dari perkataan yang dikatakan tidak memiliki hakikat, dia hanyalah sangkaan-sangkaan yang diperindah oleh syaithan kepada pengikutnya dan syaithan memperdaya mereka dengannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZŽÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# žcÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( Ÿwur (#qÝ¡¡¡pgrB Ÿwur =tGøótƒ Nä3àÒ÷è/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtä†r& óOà2߉tnr& br& Ÿ@à2ù'tƒ zNóss9 ÏmŠÅzr& $\GøŠtB çnqßJçF÷dÌs3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§‘ ÇÊËÈ
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang".(QS. Al Hujuraat : 12)
Seorang mu'min sepantasnya membawa perkataan saudaranya sesama mu'min kepada makna yang terbaik. Sebagian salaf mengatakan :
"Jangan kamu menyangka sebuah kalimat yang keluar dari (mulut) saudaramu itu jelek sementara kamu mendapatkan ada kemungkinan makna yang baik dari perkataan tersebut".
"Jangan kamu menyangka sebuah kalimat yang keluar dari (mulut) saudaramu itu jelek sementara kamu mendapatkan ada kemungkinan makna yang baik dari perkataan tersebut".
6. Ijtihad-ijtihad sebagian ulama dan para penuntut ilmu dalam masalah yang boleh mereka berijtihad di dalamnya, maka dia tidak dihukumi dengan itu dan tidak dicela selama dia memiliki kemampuan untuk berijtihad. Jika ada seseorang yang menyelisihinya dalam masalah itu, maka sepantasnya dia berdialog dengan cara yang terbaik dengan harapan untuk mencapai kebenaran dengan jalan yang terdekat dan menolak was-was syaithan dan hasutannya diantara kaum mu'minin. Jika itu tidak mampu dilakukan dan seseorang melihat bahwasanya dia mesti menjelaskan penyimpangan, maka hendaknya itu dilakukan dengan ibarat dan isyarat yang terbaik dan terlembut, tanpa menyerang dan melukai atau melampaui batas dalam perkataannya yang kadang membuat orang menolak kebenaran atau berpaling darinya, dan tanpa menyinggung masalah-masalah pribadi atau menuduh niat-niat atau menambah perkataannya yang dia tidak katakan. Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam mengatakan dalam hal yang seperti ini :
( مَا بَالُ أَقْوَامٍ قَالُوا كَذَا وَكَذَا ( رواه مسلم
"Mengapa kaum-kaum tersebut mengatakan begini dan begitu" (HR. Muslim)
Maka yang saya nasihatkan kepada para ikhwan yang mencela kehormatan-kehormatan para du'aat dan menyinggung mereka untuk bertobat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari apa yang mereka tulis dengan tangan-tangan mereka atau diucapkan oleh lisan-lisan mereka yang merupakan penyebab kerusakan hati sebagian pemuda, melainkan kedengkian diantara mereka, melalaikan mereka dari menuntut ilmu yang bermanfaat dan da'wah ilallah, menyibukkan mereka kepada membicarakan tentang si fulan dan fulan, dan mencari-cari apa yang mereka anggap sebagai kesalahan orang lain dan memancingnya serta memaksa-maksakan untuk itu. Sebagaimana kami nasihatkan agar mereka menutupi apa yang mereka telah lakukan berupa tulisan atau yang lainnya yang bisa membebaskan diri mereka dari perbuatan ini dan menghilangkan apa-apa yang tersimpan pada benak orang-orang yang mendengarkan perkataan mereka, dan melakukan amalan-amalan yang memiliki buah/hasil yang mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala serta bermanfaat bagi hamba-hamba. Dan hendaknya mereka berhati-hati dari ketergesa-gesaan mengkafirkan atau menfasiqkan atau membid'ahkan selain mereka tanpa keterangan yang jelas dan dalil. Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
إِذَا قَالَ الرَّجُلُ لِأَخِيهِ يَا كَافِرُ فَقَدْ بَاءَ بِهِ أَحَدُهُمَا . رواه البخاري و مسلم
0 komentar:
Posting Komentar