Total Tayangan Halaman

Pengikut

PERBEDAAN ANTARA WALI ALLAH DENGAN WALI SETAN (Halaman-2)

Kamis, 10 Maret 2011

Apakah Setiap yang Di Luar Kebiasaan Disebut Karamah?
Sesuatu yang terjadi di luar kebiasaan, bisa dikelompokkan menjadi tiga:
- Mukjizat, terjadi pada para rasul dan nabi.
- Karamah, terjadi pada para wali Allah.


- Tipuan setan, terjadi pada wali-wali setan.
(At Tanbihaatus Saniyyah hal. 312-313).

Lalu bagaimana membedakan antara karamah dan tipu daya setan? Tentunya, dengan mengenal sejauh mana keimanan dan ketakwaan masing-masing orang yang mendapatkan hal luar biasa tersebut. Al Imam Asy Syafi’i—rahimahullah—berkata, “Apabila kalian melihat seseorang berjalan di atas air atau terbang di udara maka janganlah mempercayainya dan tertipu dengannya sampai kalian mengetahui bagaimana dia dalam mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam .” (A’lamus Sunnah Al Manshurah hal. 193).

Sikap Keliru terhadap para Wali
Setidaknya, ada dua kelompok manusia keluar dari pemahaman yang benar tentang hakikat wali Allah Azza Wajalla. Dua kelompok itu adalah sebagai berikut:

a. Ahli tafrith, yaitu orang-orang yang menganggap enteng dan meremehkan orang yang beriman dan bertakwa. Kedudukan wali Allah Subhaanahu Wata’aladi hadapan ahli tafrith tidak jauh beda dengan pelaku maksiat, pelaku kesyirikan, dan kebid’ahan. Padahal Allah menyatakan, artinya, “Patutkah Kami menjadikan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah pula Kami menjadikan orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?” (QS. Shad: 28).

b. Ahli ifrath, yaitu orang-orang yang berlebihan (ghuluw) dalam menyikapi wali Allah, termasuk juga orang-orang yang mengultuskan wali Allah Subhaanahu Wata’ala tersebut sehingga mengangkatnya ke derajat ilah (sesembahan). Diserahkan kepadanya beraneka ragam peribadahan, seperti cinta, takut, pengagungan, harapan, doa, penyembelihan, dan sebagainya.

Tak ayal, mereka melakukan safar yang jauh sekadar untuk berdoa di kuburan para wali tersebut. Mereka bertawassul dengan menggunakan kemuliaan dan kedudukan para wali tersebut. Memohon kepada mereka ketika turun bencana. Memohon agar semua kebutuhannya terpenuhi, diselamatkan dari segala marabahaya. Semua ini merupakan bentuk penyimpangan terhadap sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Allah Azza Wajalla berfirman, artinya,
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim (syirik) itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya, (niscaya mereka menyesal)." (QS. Al-Baqarah:165).

"Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya."(QS. Al-Isra’: 56).

Mereka beranggapan bahwa karamah akan terjadi pada setiap saat dan atas kesadaran pemiliknya, sehingga para wali dan orang shaleh memiliki kekuatan untuk melakukan perkara yang bersifat luar biasa pada waktu dan kondisi yang mereka kehendaki, kapan saja dapat diminta, bahkan setelah mereka meninggal.

Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman, melarang kita untuk beribadah kepada selain-Nya, artinya,
"Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa'at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim." (QS. Yunus: 106).
Wali Setan, Adakah?

Wali setan, mungkin belum akrab di pendengaran sebagian kita. Berbeda dengan istilah wali Allah. Jelasnya, kata-kata wali setan telah disebutkan di beberapa ayat dalam Al Qur’an, di antaranya firman Allah Subhaanahu Wata’ala, artinya, “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah dan orang-orang kafir berperang di jalan thaghut, karena itu perangilah wali-wali setan karena sesungguhnya tipu daya setan lemah.” (QS. An-Nisa: 76).

“Barangsiapa menjadikan setan sebagai wali (pelindung) selain Allah, maka ia menderita kerugian yang nyata.” (QS. An-Nisa: 119).

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-A’raf: 27).

Masih banyak lagi nash yang menjelaskan keberadaan wali setan di tengah-tengah orang beriman. Lalu siapakah mereka yang layak diberi gelar wali setan? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah—rahimahullah—berkata,  “Barangsiapa yang mengaku cinta kepada Allah Subhaanahu Wata’ala dan ber-wala’ kepada-Nya namun dia tidak mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka dia bukan wali Allah Subhaanahu Wata’ala. Bahkan barangsiapa yang menyelisihi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka dia adalah musuh Allah Subhaanahu Wata’ala dan wali setan.”

Kemudian beliau berkata, “Walaupun kebanyakan orang menyangka mereka atau selain mereka adalah wali Allah Subhaanahu Wata’ala, namun mereka bukanlah wali Allah Azza Wajalla.”

Wallahul Haadi Ilaa Ath Thoriiq Al Mustaqiim (Diramu dari berbagai sumber)
(Al Fikrah No.02/Tahun XI/22 Muharram 1431 H)


Halaman   1   2

0 komentar:

Posting Komentar